HIRUK PIKUK POLITIK KEKUASAAN “KEPENTINGAN POLITIK JANGAN SEPERTI SRIGALA YANG SALING MEMANGSA”

OPINI

Oleh : Abdullah

Pimpinan/Penanggung Jawab redaksi media radarandalasnews.com

Politik kekuasaan sering melahirkan tragedi kelam. ketika kalangan pejabat elite negeri ini saling berseteru, genderang perang dingin telah dikibarkan, sehingga hal tersebut menjadi suatu dilema politik yang mengakibatkan kesenjangan sosial di dalam negeri ini, semua itu jelas berdampak kepada jalannya pemerintahan yang semestinya berjalan lancar, namun hal ini tentu tidak dirasakan mereka sebab satu sama lainnya saling membenarkan tindakan yang dilakukan. Sungguh malang negeri ini… Saya selalu penulis tidak akan pernah lupa Pesan pesan sebelumnya.  ( TOLONG INGAT KAMI JIKA KAMI SALAH DALAM MENJALANKAN AMANAH).

Jika kita berkaca pada sejarah bangsa ini Bahkan Soekarno sang Proklamator itupun harus bernasib tragis di ujung hayatnya. Ia hidup terisolasi untuk mengakhiri kisah perjuangannya yang panjang di negeri yang ikut ia dirikan. Apa yang terjadi?? Lagi-lagi politik yang mengabdi pada hasrat kuasa semata, tragedi politik serta manufer bangsa lain kala itu, dampak politik yang memakan anak kandungnya sendiri tanpa rasa iba. Hidup dipergilirkan Tuhan bak roda pedati (QS Ali Imran: 140-141), di saat ini banyak anak negeri tak pandai mengambil hikmah penuh arti. Lalu, para pemburu tahta di setiap zaman bergantian mengulangnya kembali, seolah sejarah bangsa lewat begitu saja tanpa sukma sarat makna!…

Sungguh tak mudah bagi seseorang berpolitik penuh hikmah dan nirpermusuhan beraura dendam.  “Memang sulit mengubah seorang musuh menjadi kawan, kemudian menjadi sahabat, memadamkan kemarahan hati dan mengubah muka marah dengan senyum, memberi maaf kesalahan sehingga udara yang tadinya mendung menjadi terang benderang. Memang susah melakukan itu. Itu hanyalah pekerjaan orang yang hatinya memang hati waja, budinya budi emas; yaitu orang yang mempunyai kemauan besar dan cita-cita yang mulia. Memang susah! Tetapi menempuh kesusahan itulah yang harus kita coba, untuk kemuliaan jiwa kita sendiri.”.

Kita mengetahui Politik ditegakkan atas iman, akal budi, dan akhlak mulia. Dengan politik yang murni maka urusan politik tidaklah tercela, bahkan menjadi jalan mulia untuk membangun peradaban bersama. Bangsa dan negara, Politik adalah Falsafah Hidup, tidak mengurus kepentingan diri, tetapi mengutamakan kepentingan bersama. Dalam berbangsa, politk Indonesia juga memerlukan filosofi keindonesiaan, sehingga menimbulkan kegembiraan, kemuliaan, dan kemajuan. Inilah politik mengikuti teladan Rasulullah SAW.

Kita ini manusia belaka. Manusia duduk sama rendah, berdiri sama tinggi. Tidak perlu memperebutkan rezeki, membuncitkan perut satu sama lainnya dengan merugikan rakyat serta kerabat yang lain, karena kalau pandai membaginya, persediaan pangan buat hidup masih cukup tersedia dalam perut bumi.

Sejatinya beratus-ratus ribu tahun yang telah lalu berjenis-jenis binatang penghuni dunia telah musnah karena perebutan hidup, peraduan tenaga, sehingga yang lemah jatuh tersungkur dan yang kuat berhak terus hidup. Hal yang seperti Itu tidak perlu diteruskan oleh umat manusia.”

pentingnya saling berbagi dalam hidup yang berada dalam satu planet ataupun negeri ini dan jangan rakus dalam suatu hal yang mengakibatkan msyarakat terluka karna jika hati sudah terluka dan membekas, akan sangat sulit untuk mengobati . Apalagi soal politik, Padahal politik sering disebutkan sebagai seni memeperebutkan kepentingan.

Perebutan kepentingan itu jangan dibiarkan mengikuti logika  tetapi niscaya dibingkai moral atau ruhani sebagai sesama anak bangsa yang hidup saling berberbeda pendapat namun satu jiwa dan stu tujuan untuk membangun negeri ini dan hidup makmur bersama, seperti diaharkan Allah dalam Alquran Surat  Al-Hujarat 13. Perebutan kepentingan dalam politik jangan seperti srigala yang saling memangsa.

PENULIS: Abdullah

Related posts