CERPEN BANG ARCON : Tak Sekabut Senandung Rindu

Oleh Gandi Gonakovic

Angin sepoi-sepoi meniup di siang hari ini. Tampak matahari sudah mulai condong turun menyinari bumi seribu kubah. Seorang pemuda berpakaian kemeja lengan panjang berjalan luntai. Lengan Bajunya di lipat hingga ke pangkal siku. Pakaian kemeja putih dan sebahagian kancing baju di biarkannya lepas. Baju kemeja kombrang terurai ditiup oleh angin hingga tampak lapisan dalam baju kaos merah dengan tulisan bentuk elephant berwarna putih “TAK SEKABUT SENANDUNG RINDU”. Dia langsung menuju ke sepeda motor berwarna merah hasil modifikasinya. Bahkan rambutnya sedikit berkriting , kuncrit panjang di belahan belakang berjuntai hingga ke pinggang. Mukanya lonjong semakin tampak karena rambut belahan samping di cukur tipis sekali.

“Nita Numpang Bang,”suara wanita sambil berlari lari kecil menghampiri pemuda tersebut.

“Boleh,tapi Nita pegangannya harus erat-erat,”sahut pemuda tersebut menggoda.

“Ah bisa aja bang Arcon ini….???,”ucap wanita bernama  Nita itu mencubit pelan ke pinggul Arcon penuh rasa sayang.

“Emang Nita hendak kemana…???,”tanya Arcon dengan penuh selidik.

“Nita hendak les bang…..? soalnya ngak lama lagi Nita Ujian Nasional trus ikut seleksi tes perguruan tinggi,”tuturnya.

“Doa khan Nita bisa masuk perguruan tinggi negeri ya bang…????,”harapnya.

“Boleh…., asal Nita rajin belajar dan semangat ikut les,”ucapnya Arcon memberi semangat kepada Nita.

“Nita les dimana…????,”ujar Arcon kemudian.

“Nita ikut les di jalan Pahlawan bang….!!!,”ujar Nita menjelaskan.

“Ayo …..cepatlah…..soalnya abang dah terlat nih….!!!,”ujar Arcon sambil menstarter kenderaan merk hondanya.

Arcon Lakawa, Pemuda berambut kuncrit mengendarai sepeda motor modifikasi menuju ke jalan Pahlawan bersama Nita Carolina. Sedangkan Nita masih kelas XII di SLTU, Ia tampak sumringah duduk boncengan di belakang Arcon. Dia selalu pegang erat-erat pinggang Arcon, seperti permintaan Arcon. Nita sosok wanita berbadan sedang dengan rambutnya terurai panjang hingga pinggang. Nita adalah putrinya pak Soleh, pria bekerja sebagai pemulung. Pak Soleh setiap hari bekerja mengumpulkan barang-barang bekas untuk dijual kembali. Hasil tersebut menghidupi keluarga dan biaya sekolah Nita. Semangat pak Soleh tidak luntur agar anaknya , Nita tetap selalu sekolah dengan pencapaian maksimal. Dia ingin putrinya lulus seleksi di perguruan tinggi hingga meraih gelar sarjana.  Ia mengumpulkan uang sedikit demi sedikit. Ia selalu bekerja meskinpun dalam keadaan badan tidak sehat. Namun demi untuk membayar uang les Nita, pak Soleh tetap bertahan agar terus bekerja.

Sebaliknya Nita, seorang putri yang tahu terhadap perjuangan orang tuanya sebagai pemulung. Kendati sebagai putri seorang pemulung pengepul barang-barang bekas, namun dirinya tidak merasa malu terhadap sindiran dari teman-temannya. Dia bahkan merasa bangga karena usaha dan semangat bapaknya tersebut tidak disia-siakannya. Perjuangan Pak Soleh di balasnya dengan selalu menjadi juara kelas bahkan juara umum di sekolahnya.

Sedangkan Arcon, anak seorang pejabat teras di daerahnya. Bapaknya bernama Arlan sebagai pimpinan daerah. Ibunya bernama  Conikawati seorang usahawati. Gabungan nama kedua orang tuanya itulah akhirnya tercetus nama dirinya, Arcon Lakawa. Arcon berasal dari nama depan kedua orang tuanya yakni Ar dan Con. Sedangkan Lakawa gabungan nama belakang kedua orang tuangnya yakni Lan dan kawati.

Arcon Lakawa saat ini sedang cuti kuliah. Dia kuliah di salah satu perguruan tinggi di kota Pahlawan Surabaya. Meskinpun kedua orang tuanya termasuk mampu, namun Arcon tidak memilih-milih teman dalam pergaulan. Dia bahkan sering bergabung dengan pemuda-pemuda tempatan. Meskinpun kehidupan orang tua pemuda pemuda tersebut masih taraf dibawah dari kemewahan yang didapat dari orang tuanya.

“Abang pingin cepat-cepat,  emangnya abang hendak kemana…????,”tanya Nita membuka suasana yang sejak dari tadi hanya diam.

“Abang hendak singgah ke mesjid, bertemu dengan teman-teman sekaligus melakukan sholat,”jelas Arcon kemudian.  

“ooh…???!!!,”ucap Nita seakan mengerti penjelasan dari Arcon.

“Sini ajah Bang Arcon…!!! Nita turun disini, di persimpangan ini,” kata Nita Persis di depan cafe natural di persimpangan empat.

“Makasih ya bang…!!!,”tutur Nita sambil turun setelah kenderaan yang di setir Arcon berhenti.

“Da…dah Bang….!!!!,”ujar Nita dengan nada suara manja.

Cahya mentari sudah semakin condong. Tampak bayang-bayang sosok mengikuti kemana sosok wanita tersebut berjalan. Dia berjalan santai sambil memegang tas yang di sandangnya. Rambutnya tergurai dilayang angin. Raut mukanya cerah, sekali-kali bibirnya tersenyum. Entah apa yang ada di benak fikirannya setelah tidak lagi berboncengan dengan Arcon. Arcon adalah pemuda yang telah lama tidak dilihatnya. Karena Arcon Lakawa sudah setahun  kuliah di kota pahlawan Surabaya. Sejak itu Nita tidak pernah lagi ketemu sama Arcon. Arcon yang selalu membuat dirinya riang, menghibur hatinya ketika sedang galau.

“Nita , Abang di terima di Fakultas Teknik Sipil ITS Surabaya,”ujar Arcon.

“Lalu abang Tinggallin Nita di Bagansiapiapi …???,”suara Nita lirih semakin pelan.

“Gak….dong….!!!Nanti jika cuti abang balik ke Bagansiapiapi,”tuturnya Arcon meyakinkan Nita.

“Nita belajar yang rajin ya…???biar kita bisa sama sama kuliah di Surabaya,”jelas Arcon kemudian.

Wajah Nita Carolina tampak melayangkan senyum simpul. Dia mengingat-ingat pembicaraan dirinya dengan Arcon ketika itu. Angin berhembus perlahan, daun pokok pinang melambai lambai. Alunan nada syair belimbuk kita belimbuk terdengar sayup-sayup. Belimbuk di pinang dao, pinang dao kampung cik sauti, cik sauti uyang tanah putih.

Rasa rindu belum tersampaikan sepenuhnya membuat Nita Carolina tersenyum sendiri. Mentaripun sudah semakin condong rebah ke barat. Senandung belimbuk bernada ria tidak diindahkan oleh Nita. Mungkin Dia lebih merasakan dirinya sedang menikmati rasa rindu. Ketemu Arcon setelah lama tidak bersua. Tak sekabut senandung rindu.    (***)

“              

Related posts

Leave a Comment